Gamelan Bali Akan Gemparkan Game Baru Sony Playstation 5. Apa Yang Terjadi?
Di saat Indonesia dan masyarakat global sedang berjuang menghadapi ganasnya virus Corona, apalagi Covid-19 telah bermutasi dalam berbagai varian. Ternyata masyarakat Nusantara mendapat kabar mengejutkan setelah ditampilkannya Gamelan Bali, musik tradisional dari Pulau Dewata oleh Sony dalam sebuah game baru berjudul Kena: Bridge of Spirits.
Situs berita online inet.detik.com (28/6/2021) melaporkan bahwa, iringan musik menggunakan gamelan Bali tersebut diciptakan oleh Dewa Putu Berata seniman asal Bali berkolaborasi dengan Sanggar Seni Cudamani dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.
Kepada detikINET berbincang tentang hal ini di Ubud, Dewa Putu Berata menjelaskan bahwa, "(Komposer) Jason Gallaty mempunyai ide untuk memasukkan unsur-unsur instrumen gamelan natural,"
Para penggemar game global akan menikmati nuansa berbeda karena mereka akan mendengarkan dentang instrumen musik Bali. Aksi kreatif ini akan membuat musik tradisional Bali kian dikenal warga dunia setelah Ember Lab menjadikan Gamelan Bali sebagai musik pengiring dalam game Kena: Bridge of Spirits dalam format PlayStation 5 atau lebih ngetop dengan sebutan PS5.
Menurut inet.detik.com (28/6/2021) Sony Interactive Entertainment akan meluncurkan game baru bertajuk Bridge of Spirits pada Agustus 2021 mendatang.
Lebih lanjut Dewa Berata menerangkan bahwa, Jason Gallaty awalnya menemukan gamelan Jegog, yang merupakan kesenian musik bambu asli Kabupaten Jembarana, Bali Barat. Jason Gallaty menyaksikan uniknya Jegog di YouTube.
Akhirnya Jason mencari grup musik Bali di Amerika. Dari sanalah Janson Gallaty menemukan grup Gamelan Sekar Jaya yang berada di Amerika Serikat. Mengutip ucapan Jason Gallaty, Dewa Putu Berata mengatakan bahwa, "Saya tertarik untuk bertanya tentang gamelan, karena kita mau buat musik untuk game,"
Ternyata di Sekha (group) Gamelan Sekar Jaya,
Dewa Barata adalah music director. Proyek seni dan teknologi ini pun berlanjut dengan lancar, dimana Dewa Berata lmenggarap musik untuk game Kena:
Bridge of Spirits bersama Sanggar Seni Cudamani yang didirikannya.
Kemudian Music Director Sekar Jaya bermarkas di Amerika Serikat ini menjelaskan bahwa dirinya berkeinginan agar musik gamelan tersebut original berasal dari Bali. Terlebih ini merupakan proyeknya yang pertama dalam mengisi musik video game. Ternyata pemikiran Dewa Putu Berata juga sesuai dengan keinginan Jason Gallaty.
Alasan lain adalah karena grup Gamelan Sekar Jaya di Amerika Serikat sangat sulit dalam mengatur waktu karena sudah mempunyai program yang terjadwal. Grup Gamelan Bali ini berlatih dengan grup berbeda hampir setiap hari.
Ternyata bukan hanya penyebabnya. Menurut Dewa Putu Berata teknik dan penguasaan rasa juga turut menjadi pertimbangan penting kenapa dirinya menggarap iringan untuk game PS5 tersebut bersama Sanggar Seni Cudamani yang bermarkas di Ubud, Bali.
Menurut Dewa Berata para pemain gamelan di Sanggar Seni
Cudamani sudah memiliki rasa yang klop dengan gamelan karena sudah lama
berkiprah dalam dunia tersebut, apalagi ada berbagai acara yang membutuhkan kehadiran gamelan dalam upacara atau peristiwa seni budaya.
Dewa Berata juga menjelaskan bahwa, "Kalau di sini di Cudamani, kita perlu rekam besok, sekarang harus selesai sebuah lagu atau dua buah lagu (bisa dilakukan). Kita latihan empat jam untuk dua buah lagu, dia (peserta) sudah bisa kuasai karena dia punya rasa,"
Lalu Dewa Berata menerangkan bahwa group gamelan di Amerika masih perlu belajar dasar dan teknik gamelan, apalagi ada warga setempat yang baru bergabung, sehingga teknik dan rasa belum merata.
Sehubungan dengan itu Dewa Berata mengungkapkan, "Challenge-nya besar di sana. Dan saya kira Jason (Gallaty) tahu itu. Dia kan ingin kalau gamelan Bali ya orang Bali, sebisa mungkin,"
Dewa Berata menilai bahwa Jason Gallaty yang merupakan komposer dari game Kena: Bridge of Spirits ini mempunyai pandangan yang bagus terhadap Gamelan Bali. Yang menarik adalah Jason enggan mencopot Gamelan Bali begitu saja untuk membuat game PS5 terbaru yang merupakan produk dari Ember Lab tersebut.
Merespon sikap Jason Gallaty, Dewa Berata menyatakan bahwa, "Tentu dia gampang mencomot, tapi dia tidak ingin. Karena dia takut juga apakah boleh dipakai, apakah tidak. Dia tahu sedikit gamelan Bali itu mempunyai fungsi masing-masing. 'Nanti kalau saya ambil (sembarangan) bermasalah dengan yang dari Bali'. Memalukan atau bagaimana, nanti bisa dituntut,"
Etos kerja seni yang sangat profesional dalam penggarapan musik pengirim game yang akan diluncurkan oleh Sony Interactive Entertainment ini merupakan penghargaan tinggi untuk para seniman Bali khususnya, dan budaya Nusantara yang merupakan bagian dari keberagaman seni Indonesia. Barangkali suatu saat nanti akan ada seni musik asli Indonesia lainnya yang akan muncul dalam game atau format lain.
Para content creator di Indonesia, begitu pula musisi dan pencipta game asli Indonesia harus semakin percaya diri bahwa musik dan budaya tradisional Indonesia memang pantas untuk diorbitkan ke panggung global.
Kabar dari Ubud ini merupakan inspirasi untuk membangun industri kreatif di Indonesia di tengah pandemi global. Para investor lokal seharusnya berani mengambil keputusan untuk mendukung industri kreatif Indonesia.
Jika anda belum pernah mendengarkan Gamelan Bali, yuk simak salah satu cabang musik tradisional dari Pulau Bali yang dimainkan seniman Bali di Pulau Lombok:
Apakah gamelan Bali yang anda saksikan pada tayangan ini akan muncul pada game PS 5, Kena: Bridge of Spirits?
Comments
Post a Comment