Rupiah Menguat Beruntun Sebelum Imlek. Ini Diluar Prediksi?
Ketika pemerintahan Presiden Joko Widodo sedang mengalami cobaan berat karena masalah pandemi global atau Covid-19, ada berbagai dinamika politik dan resesi di berbagai negara, di luar prediksi para pengamat ekonomi dan keuangan, ternyata Rupiah menguat.
Keperkasaan Rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US Dollar akan berdampak baik, khususnya di saat ada kebutuhan industri dalam negeri yang membutuhkan bahan baku impor, sehingga berbagai perusahaan bisa tetap bergerak dan memberi kontribusi bagi lancarnya konsumsi dalam negeri.
Rupiah kembali menunjukkan keperkasaannya secara beruntun, empat hari berturut-turut menjelang Hari Raya Imlek atau Chinese New Year, yang merupakan tahun Kerbau. Penguatan kemungkinan akan berlanjut, meskipun tipis apalagi setelah isyarat pengesahan stimulus ekonomi Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden semakin jelas.
Menurut laporan cnbcindonesia.com (11/2/2021) yang melansair data Refinitiv, Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 13.980/US$. Tetapi setelahnya Mata Uang Garuda masuk ke zona merah, melemah hingga 0,11% ke Rp 13.995/US$.
Setelah tengah hari, rupiah akhirnya kembali bangkit, menguat hingga 0,18% ke Rp 13.955/US$, yang merupakan level terkuat dalam 1 bulan terakhir. Di penutupan perdagangan, rupiah mengendur dan berakhir di Rp 13.970/US$, menguat 0,07%.
Sementara itu pada 9 Februari 2021 situs keuangan investasi.kontan.co.id melaporkan bahwa Risk appetite kembali muncul dan rupiah bergerak menguat. Menurut Ariston Tjendra, Kepala Riset Monex Investindo Futures mengatakan, bahwa minat investor pada aset berisiko tinggi kembali muncul setelah optimisme pengesahan stimulus fiskal AS semakin dekat untuk teralisasi.
Yang mengejutkan adalah minat para investor pada aset berisiko tinggi juga menguat dan terlihat indeks saham global ditutup menguat, bahkan mencatat rekor tertinggi baru pada 8 Februari 2021.
Baca juga:
Indonesia Terkini Sebelum Imlek
Comments
Post a Comment